HOMPIMPA CENTER HANYA MEMBERIKAN PELAYANAN TERAPI DI TEMPAT. HATI-HATI DENGAN PIHAK YANG MENGATASNAMAKAN HOMPIMPA CENTER.INFO PENGADUAN 0856-818-6024.TERIMAKASIH

You Are in The Right Hands ^_^

Foto saya
Bekasi, jati asih, Indonesia
Terapi Tumbuh Kembang Anak Hompimpa Center Merupakan suatu klinik komprehensif dengan pelayanan rehabilitatif dimana klinik tersebut dikhususkan pada pertumbuhan dan perkembangan anak secara dini serta pendeteksian dini apabila terdapat kelainan pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik, intelektual, masalah perilaku serta gangguan perkembangan lain pada anak seperti Autisme, ADHD ( Attention Deficit and Hyperactive Disorder), Down syndrome, Cerebral Palsy, Mental retardasi dan gangguan perilaku lainnya.
Tampilkan postingan dengan label autisme. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label autisme. Tampilkan semua postingan

Senin, 01 Februari 2016

TERAPI WICARA UNTUK ANAK DENGAN GANGGUAN SENSORI INTEGRASI



Gerakan motorik (untuk bicara) sangat erat kaitannya dengan informasi yang diterima melalui gerakan.
Pada pendekatan tradisional, artikulasi dan phonological terapi, dua hal dalam modalitas sensori yang paling penting adalah auditori dan visual. Dari sudut pandang berbicara adalah gerakan  telah membawa kepada hal penting pada proses sistem sensori dalam memperhalus kontrol motorik di awal perkembangan bicara. Sistem sensori  yang berkontribusi besar pada koordinasi pola gerakan untuk memproduksi bicara adalah :

Tactile system
Rasa akan sentuhan adalah modalitas dimana anak belajar tentang posisi dan berkembang pada kemampuan untuk membedakan / diskriminasi pada rangsangan taktil. Anak-anak yang memiliki masalah pada sensori integrasi bisa jadi bereaksi yang berlebihan pada perabaan yang sering disebut tactile defensive. Anak-anak lain memiliki tactile system yang tidak mampu untuk dalam hal meregister informasi disebut sensory seeking. Di lain hal informasi tidak diproses secara optimal, perencanaan gerak untuk memproduksi suara juga mungkin terkena.

Proprioceptive System
Modalitas sensori ini memberikan informasi tentang hubungan antara posisi anggota tubuh dengan anggota tubuh yang lain (contoh rahang dan lidah). Ketika anak bergerak, reseptor sensori yang berada pada otot dan sendi memberikan informasi ke otak tentang posisi, dan informasi ini berperan penting dalam perencanaan gerak untuk menghasilkan wicara. Anak-anak yang under-reactive kurang menerima input yang sesuai untuk perkembangan pada kontrol gerakan yang baik.

 Okupasi Terapi - Sensori Integrasi
Sensori integrasi diciptakan oleh Jean Ayres seorang Okupasi Terapis. Sensori Integrasi merupakan suatu proses yang terjadi di otak yang berperan dalam menginterpretasikan dan memproses informasi dari lingkungan. Proses ini mencakup : auditori (pendengaran), visual (penglihatan), indera perasa, taktil (rasa sentuhan), prorioceptive dan vestibular sistem. Anak dengan masalah pada sensori integrasi (SID / Sensory Integration Disorder) memiliki kesulitan da motorik, proses belajar dan perilaku dan memilii masalah dengan atensi, regulasi diri atau pengorganisasian. Okupasi terapi membantu anak untuk meningkatkan kemampuan proses sensori dan motorik, atensi dan organisasi menyeluruh, kemampuan bina diri (self care) dan keterampilan motorik halus.

Sumber :

Kamis, 16 Juni 2011

Orangtua Tak Perlu Malu Punya Anak Autis

detikcom - Jakarta, Memiliki anak berkebutuhan khusus atau anak autis memang menambah besar tanggung jawab orangtua, seperti memberikan perhatian yang khusus serta biaya yang juga ekstra. Orangtua tak perlu malu bila mempunyai anak autis.

Banyak orangtua yang merasa ketakutan anaknya akan terlahir autis. Bahkan banyak pula yang merasa malu dan akhirnya menelantarkan anaknya begitu saja atau bahkan ada yang dipasung.

Sebenarnya beberapa tanda autis bisa dideteksi mulai dari bayi lahir hingga anak berumur lima tahunan. Deteksi dini bisa mengurangi beban mental dan mempercepat penanganan anak autis.

"Autis itu bukan penyakit yang menular, tapi banyak orangtua yang malu kalau punya anak autis, hingga akhirnya dititipkan di panti, keluarga yang lain atau bahkan ada yang dipasung," jelas dr Suzy Yusnadewi, SpKJ (K), psikiater anak dari RSJ Grogol, dalam acara Aktivasi Pedulimu 'Untuk Kemandirian Autis Dhuafa' yang diadakan Rumah Autis dan Antam di Margo City, Depok, Sabtu (11/12/2010).

Menurut dr Suzy, stigma 'malu punya anak autis' itu ada dari masyarakat sendiri. Sebetulnya stigma anak autis sangat berbeda dengan gangguan jiwa yang lain.

Kebanyakan orangtua malu karena anak yang dilahirkannya tidak bisa berperan sama sekali. Apalagi dengan adanya autisme yang disertai retardasi (keterbelangkangan) mental yang kadang berperilaku mengganggu seperti ngiler, tantrum (teriak-teriak) atau marah.

"Orangtua tak perlu malu punya anak autis, justru anak autis itu juga butuh bersosialisasi dengan orang lain, perlu juga diajak bertemu dengan orang banyak. Mereka juga harus bergaul," jelas dr Suzy yang juga berpraktik di di klinik Talenta Center.

Autisme memang tidak bisa disembuhkan, tetapi bila dapat dideteksi dini autisme bisa ditangani hingga individu tersebut bisa terinteraksi layaknya orang lain yang normal, walaupun masih ada tanda-tanda autismenya.

Menurut dr Suzy, bila diasuh dan ditanggani dengan baik, anak autis akan bisa berinteraksi layaknya orang normal, yang bersekolah, bekerja, mandiri dan bersosialisasi.

Yang menjadi masalah, menurut Dr Suzy, kebanyakan orangtua tidak mengetahui atau kadang menganggap remeh gejala-gejala awal autisme, sehingga kebanyakan terlambat menanganinya.

"Yang terpenting kenali anak Anda. Kenali perkembangannya mulai dari bayi. Bayi usia 0-1 tahun itu sudah bisa kok dikenali ciri-ciri autisnya. Dan semakin cepat diketahui maka semakin baik hasil penanganannya," lanjut Dr Suzy.

Dilansir dari Disabledworld Minggu (12/12/2010), berikut ini beberapa gejala autis yang bisa dideteksi mulai dari bayi hingga tahun kelima pertumbuhan anak:

Baru lahir
Sejak bayi, anak autis biasanya tidak bisa merasakan atau merespons kehadiran orangtuanya. Ia tidak akan tertarik untuk melakukan kontak mata dan cenderung tertarik dengan objek yang bergerak. Bayi autis juga lebih banyak diam dan tidak menangis selama berjam-jam.

Tahun Pertama
Ada sejumlah kemampuan utama yang umumnya dicapai anak-anak dalam usia setahun antara lain berdiri dengan bantuan orangtua, merangkak, mengucapkan sebuah kata sederhana, menggerakkan tangan, tepuk tangan atau gerak sederhana lainnya.

Jika anak tidak dapat melakukan kemampuan ini, tidak berarti itu gejala autisme. Ia dapat saja mencapai kemampuan itu nanti. Namun tak ada salahnya untuk waspada dan segera periksakan jika anak tak mencapai satu pun kemampuan umum diatas.

Tahun Kedua
Gejala autisme terlihat lebih jelas jika anak tidak tertarik pada ibunya atau orang lain, jarang menatap atau tidak terjadi kontak mata, tidak menunjuk atau melihat pada objek yang diinginkan, tak dapat mengucapkan dua patah kata, kehilangan kata-kata yang sebelumnya ia kuasai, mengulang-ulang gerakan seperti menggoyangkan tangan atau mengayunkan tubuh ke depan-belakang, tidak suka bermain, sering berjalan berjinjit.

Tahun Ketiga-Kelima
Gejala autisme setelah tahun kedua, semua yang terjadi pada tahun sebelumnya di atas dengan tambahan terobsesi oleh suatu objek tertentu seperti mainan atau game, sangat tertarik dengan suatu rutinitas, susunan atau keteraturan benda, sangat marah jika keteraturan atau susunan benda terganggu, sensitif terhadap suara keras yang sebenarnya tidak mengganggu anak lainnya dan sensitif terhadap sentuhan orang lain seperti tak suka dipeluk.

Jika bayi memiliki salah satu atau beberapa gejala di atas, segera periksakan ke dokter spesialis untuk meyakinkan kekhawatiran orangtua dan meringankan beban mental sedini mungkin.

Sabtu, 09 April 2011

Kenapa Anak Laki-laki Lebih Rentan Autis?

Senin, 21/02/2011 13:44 WIB

Kenapa Anak Laki-laki Lebih Rentan Autis?

AN Uyung Pramudiarja : detikHealth

detikcom - Washington, Dibandingkan perempuan, laki-laki lebih rentan mengalami autisme atau gangguan interaksi sosial. Sebuah penelitian menemukan kenapa anak laki-laki lebih banyak terkena autis.

Penyebabnya adalah hormon seks, karena laki-laki lebih banyak memproduksi testosteron sementara perempuan lebih banyak memproduksi esterogen.

Kedua hormon itu memiliki efek bertolak belakang terhadap suatu gen pengatur fungsi otak yang disebut retinoic acid-related orphan receptor-alpha atau RORA. Testosteron menghambat kerja RORA, sementara esterogen justru meningkatkan kinerjanya.

Terhambatnya kinerja RORA menyebabkan berbagai masalah koordinasi tubuh, antara lain terganggunya jam biologis atau circardian rythm yang berdampak pada pola tidur. Kerusakan saraf akibat stres dan inflamasi (radang) jaringan otak juga meningkat ketika aktivitas RORA terhambat.

Meski bukan menjadi penyebab langsung, kadar testosteron yang tinggi berhubungan dengan risiko autisme. Sebab, gangguan pola tidur serta kerusakan saraf akibat stres dan inflamasi di otak merupakan beberapa keluhan yang sering dialami para penderita autis.

Selain itu, sebuah penelitian di George Washington University menunjukkan bahwa aktivitas RORA cenderung lebih rendah pada penderita autis dibandingkan pada orang normal. Bukti ini menguatkan hubungan antara testosteron dengan risiko autis.

"Sejak lama testosteron diduga berhubungan dengan autis, namun belum pernah ada pembuktian molekuler tentang hal itu. Penelitian ini makin menegaskan bahwa hormon ini berperan besar pada autis," ungkap sang peneliti, Valerie Hu seperti dikutip dari Newscientist, Senin (21/2/2011).

Penelitian lain yang juga mengaitkan hormon seks dengan autis pernah dilakukan oleh Simon Baron-Cohen dari University of Cambridge. Ketika itu Cohen menyimpulkan risiko autis meningkat jika sejak dalam kandungan janin sudah banyak terpapar testosteron, misalnya karena pemakaian obat-obat penghambat esterogen.

Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Public Library of Science ONE edisi bulan Februari 2011.

Autis merupakan salah satu jenis gangguan perkembangan anak yang bersifat kompleks. Penyebabnya antara lain gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak, sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi yang baik dengan lingkungan sosialnya.

Rabu, 13 Januari 2010

Okupasi Terapi

Okupasi Terapi ( OT) adalah suatu profesi pelayanan kesehatan yang khusus membantu masyarakat di segala umur untuk menciptakan kemandirian dalam aktifitas sehari-hari. Untuk kasus anak, kemandirian mereka mencakup “bermain dan belajar, mampu bina diri serta mampu berinteraksi social sesuai dengan usianya”.

OT pada anak memfasilitasi sensory dan fungsi motorik yang sesuai pada pertumbuhan dan perkembangan anak untuk menunjang kemampuan anak untuk dapat bermain, belajar dan berinteraksi di lingkungannya.

Contoh perilaku yang dapat diassesmen oleh OT’s diantaranya adalah :
• Kurang PD
• Kesulitan meniru dan melanjutkan aktifitas. Contohnya :senam
• Menolak kontak mata
• Terlalu aktif dan tidak focus
• Kesulitan pada motorik halus seperti ( menulis, mengancing baju, melipat kertas)
• Tidak bisa menerima perubahan rutinitas
• Sangat berhati-hati dan tidak mau mencoba hal baru
• Lebih suka menyendiri disbanding bermain dengan teman (harus diperhatikan usianya)
• Masalah dalam melakukan sesuatu yang membutuhkan penggunaan kedua tangan seperti : menggunting, meronce, bermain balok konstruksi, menalikan tali sepatu.
• Jalan jinjit
• Clumcy (gerakan terkesan kaku / kikuk), sering tersandung, sering jatuh
• Tidak suka atau menjauhi berayun, meluncur, bermain trampoline, meloncat, bermain karet/lompat tali, mengayuh sepeda.
• Jarang mau bermain pada permainan aktifitas motorik kasar, menolak atau takut pada escalator, elevator, mobil atau pesawat terbang.
• Tidak suka /menolak mewarnai atau menggambar.
• Pilih-pilih makanan karena tekstur makanan tertentu
• Tidak menyukai baju tertentu (karena tekstur bahan, label pada kerah baju, bahan baju seperti bahan kaos kaki)
• Sering tidak sadar pada benturan, atau memar, benjol – ketidaksadaran body

Apakah yang dilakukan oleh Okupasi Terapis (OT’s)??

OT’s merupakan professional health care yang secara dynamic dan menyeluruh membantu meningkatkan kemampuan seseorang pada bermacam lingkungan sekitar. OT’s pada anak membantu anak untuk menghadapi tantangan yang membangun kemampuan dan ketertarikan seperti :


Menulis
Menulis merupakan tugas utama pada anak usia sekolah, dan ini dibutuhkan perjuangan, kemauan serta kemampuan oleh beberapa anak. Menulis kata atau kalimat merupakan suatu proses yang kompleks, karena dibutuhkan koordinasi mata, tangan, cara memegang pensil, pembuatan huruf sertu postur tubuh yang baik. OT’s dapat mengevaluasi komponen-komponen dasar yang membantu anak menulis seperti menilai kekuatan ototnya, ketahanan anak menulis, koordinasi dan control motorik oleh karenanya OT’s memiliki strategi khusus untuk membangun kemampuan perkembangan anak.


Kemampuan proses sensori
Ketika sensori kita terintegrasi dengan baik, banyak system saraf yang bekerja sama oleh sehingga kita dapat berinteraksi dan berbaur dengan lingkungan secara efektif. Anak dengan ketidakmampuan timbal balik yang tidak sesuai tentang rasa raba, meposisikan tubuh, gerakan, atau gravity struggles akan merasakan ketidaknyamanan dalam hal keamanan untuk menghindari bahaya, kurang percaya diri serta ketidakmampuan dalam berinteraksi dengan teman. Okupasi Terapi anak dibimbing pada aktifitas-aktifitas yang tepat dan sesuai untuk kebutuhan jumlah sensori anak seperti input suara, sentuhan, tekanan dan gerakan (lihat pembahasan Sensori Integrasi pada posting berikutnya ^_^). Ketika input sensori yang diberikan sudah tepat, maka hal ini berpengaruh kepada outputnya menjadi lebih terkoordinasi dengan baik sehingga anak dapat menciptakan pondasi kemapuan keterampilan yang kompleks sekalipun.




Keterampilan motorik halus
Keterampilan motorik halus mencakup koordinasi yang tepat, control pada gerakan tangan untuk aktifitas. Banyak fungsi yang mengkontribusi pada kegiatan motorik halus, seperti control otot, control tangan dan mata serta koordinasi. Bagi anak, koordinasi motorik halus penting untuk mengerjakan tugas sehari-hari seperti menggunakan pencil, mengikat tali sepatu atau membuka dan menutup tas. Latihan terapinya mencakup aktifitas-aktifitas dan latihan untuk meningkatkan kekuatan kelompok otot yang sesuai dan meningkatkan koordinasi keseluruhan.


Keterampilan motorik kasar
Motorik kasar mencakup kelompok otot-otot yang lebih besar, yang dapat menyempurnakan tantangan fisik (memanjat, berlari, lompat). Perkembangan otot-otot besar merupakan “inti” yang juga penting untuk regulasi dan atensi anak. OT’s membantu melatih aktifitas pelatihan yang didasari oleh kebutuhan anak secara individu. Permasalahan ditujukan seperti pada balance (keseimbangan), equilibrium, tonus otot dan kekuatan otot secara menyeluruh.

Visual Perceptual Skills (Kemampuan Persepsi visual)
Penglihatan adalah kemampuan untuk melihat, vision ( daya lihat) adalah kemampuan untuk mengerti apa yang dilihat. Ini adalah proses pembelajaran.
Permasalahan visual dibagi menjadi 2 kategori :
• Visual efficiency problems
• Visual processing problems

• Visual efficiency problems
Vep dihubungkan dengan kemampuan anak untuk melihat secara jelas dan mempertahankan informasi dalam waktu tertentu. Vep dikategorikan sebagai berikut :
• Nearsightedness- ketidakmampuan melihat jauh
• Farsightedness- ketidakmampuan melihat dekat
• Astigmatism- rabun/buran melihat benda yang dekat maupun yang jauh
• Teaming Disordres- mata berputar kedalam, keluar atau keatas
• Focusing Disorders- ketidakmampuan otot mata untuk merkontraksi atau relaksasi
• Tracking Disorders- ketidakmampuan untuk membaca dalam garis yang panjang dalam satu garis
• Visual processing problems
Vpp harus dilakukan dengan membuat informasi visual yang datang, berupa :
• Kesulitan melihat arah menyamping atau yang berhubungan dengan arah
• Kesulitan mempersepsikan visual bentuk
• Kesulitan dalam visual memory
• Kesulitan informasi visual motor

Rentang atensi dan level arousal
Jika anak tidak sering tidak tertarik untuk melakukan sesuatu yang baru, sering gelisah atau tidak focus pada aktifitas yang dikerjakan, maka ia tidak dapat belajar secara efektif. Okupasi Terapi akan membantu mencari apa yang akan membuat anak termotivasi, membuat badan anak siap untuk belajar (bagaimana membantu mereka untuk tetap tenang, focus dan sigap). Peran OT’s adalah membuat strategi untuk meningkatkan atensi dan regulasi anak.

awareness
• Hipersensitif terhadap suara ( contoh : vacuum, pengering rambut, bunyi dengung AC)
• Kesulitan meniru gerakan ( Senam/menari)
• Terlalu sensitive, emosional dan tidak dapat tenang
• Pada usia sekolah, mewarnai gambar tidak bisa rapih / keluar garis